Manasik Umroh - butuh kesabaran |
Dalam ayat suci Al Qur’an disebutkan firman Allah,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata kotor), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS. Al Baqarah: 197).
Lihatlah Allah memerintahkan bagi yang berhaji untuk sabar. Demikian pula umrah semisal itu. Allah memerintahkan untuk menghindari jidal, yaitu beradu argumen. Karena memamg saat haji atau umrah, kita akan bertemu dengan berbagai macam orang yang punya watak yang berbeda-beda. Ada yang punya cara berbicara yang keras dan ada yang punya watak yang lain karena datang dari berbagai penjuru negeri.
Coba lihat saja saat berangkat umrah, kita sudah merasakan susahnya safar. Perjalanan yang lama hingga 24 jam di perjalanan dan tentu melelahkan.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927). Yang dimaksud adzab dalam hadits di atas adalah rasa sakit yang timbul dari kesulitan yang dihadapi ketika berkendaraan dan berjalan sampai harus meninggalkan hal-hal yang disukai. (Fathul Bari, Ibnu Hajar)
Saat sampai di Jeddah, coba lihat saja sebagian kita harus mengantri di imigrasi berjam-jam, itu tentu butuh kesabaran.
Ketika pelaksanaan umrah juga harus sabar. Saat thawaf, kita akan bertemu dengan watak yang suka dorong-dorongan. Ada juga yang mengelilingi thawaf sambil mengeraskan suara hingga memekakkan telinga yang lain. Padahal thawaf cukup dengan suara lirih tanpa mengganggu yang lain. Dan juga ibadah tersebut cukup dilakukan sendiri-sendiri tanpa mesti dikomandoi seorang imam saat mengelilingi Baitullah Al Haram.
Saat pulang pun akan mengalami kesulitan di perjalanan sama seperti saat beangkat.
Ketika pergi dan pulang, niat kita juga harus dijaga ikhlas karena Allah. Karena kadang di awal sudah ingin cari pujian, di tengah dan saat mau berakhir pun demikian. Jadi perlu kesabaran menjaga niat yang ikhlas.
Begitu pula saat pulang akan merasakan kecapekan. Itu tentu butuh kesabaran yang ekstra.
Kita pun akan merasakan susahnya antri di kamar mandi dan pemeriksaan, sehingga semuanya butuh kesabaran.
Kalau kita terus bersabar, maka kita bisa mewujudkan yang disebut dalam ayat: “tidak boleh rafats (berkata kotor), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”
Pahala orang yang sabar disebutkan dalam ayat,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 7: 89)
Moga yang melaksanakan umrah mendapatkan keutamaan yang disebutkan dalam hadits.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Di antara umrah yang satu dan umrah lainnya akan menghapuskan dosa di antara keduanya dan haji mabrur tidak ada bahasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
Dari Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)
Dan ingatlah umrah pun termasuk jihad sehingga harus memiliki kesabaran yang tinggi.
‘Aisyah berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ « نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لاَ قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ ».
“Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani).
Hanya Allah yang memberi taufik.
@ Imigrasi Jeddah, 2 Rabi’ul Awwal 1435 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
0 komentar:
Posting Komentar